Selasa, 17 Januari 2012

Terorisme :Strategi Politik Rezim Orde Baru Untuk Memukul Islam ?


 
Berdasarkan rujukan dari “Cedsos”(infografik:Pandu)yang merilis serangkaian tulisan yang amat jelas dan terperinci yang di ekpos oleh Kompas.com ,Kamis 23 Juni 2011 (info Grafis :NII)bahwa secara keseluruhan organisasi-organisasi teroris yang muncul di Indonesia sesungguhnya sengaja diciptakan oleh rezim otoriter Orde Baru pimpinan Suharto .Dan teroris yang memang masih eksis tersebut kemungkinan besar juga merupakan lanjutan dari sebelumnya ,ataupun proyek sejak tahun 1968 itu sekarang tidak terkendali lagi ,sehingga mereka kelihatannya sepertinya berjalan sendiri -sendiri pasca garis komandonya terusik bersamaan anjeloknya lokomotif Orde Baru tersebut  .Namun tidak mmustahil  sisa-sisa gerbongnya masih bisa beroperasi dengan  relatif baik,serta mempunyai momentum yang baik pula untuk mengkonsolidasi dirinya dalam konstalasi politik ,ekonomi dan sosial budaya sekarang ini di Indonesia.
Kebijakan politik rezime Orde Baru tahun 1968-2000 sebagaimana disebutkan di Istana Merdeka ,Maret 1968  dalam pidato Mayor Jenderal Sumitro(Asisten G-1 intelijen)yang mengatakan bahwa :”Setelah PKI/Komunis hancur,maka musuh bersama adalah Islam”.Sebagai realisasinya,maka mereka ciptakan tantangan-tantangan yang seolah-olah mengancam eksistensi negara kesatuan Republik Indonesia.Untuk itu mulai tahun 1970 -2000 rezime  Orede Baru sengaja meracik suatu skenario kemudian mensettinisasinya dengan realatif baik,seperti gerakan separatisme dari unsur-unsur Islam dan non Islam,gerakan NII dan gerakan non NII ,serta juga mengadu domba antara umat beragama dan inter umat seagama baik muslim maupun non muslim.
Selanjutnya mereka munculkan gerakan-gerakan dari unsur muslim  seperti gerakan Timsar,Gaos Taufik danpelecehan Mesjid di Padang(1975),Komando Jihad(1977)gerakan pemuda Islam di SU MPR (1978),Teror Warman (1979)Universitas 11 Maret ,Raja Polah(teror Warman 1980)jawa Barat,pembajakan pesawat Garuda Woyla oleh Imran dkk di  Bandara Don Mouang,Bangkok,Thailand(1981),peristwa Tanjung Priok dan ledakan bom di Candi Borobudur(1984,penyerbuan Desa Haor Kuneng(Jawa Barat)dan Talang Sari(Lampung)tahun 1988.Sementara gerakan separatisme yang di buat mereka melalui unsur-unsur non muslim  ,antaranya adalah Organisasi Papua Merdeka,Republik Maluku Selatan,Timor Timur (kini Negara Timorleste).Semua peristiwa  rekayasa mereka sudah menewaskan ratusan jiwa,yang sampai sekarang belum ada orang yang mengakui bertanggung jawab meskipun para eksekutornya masih berkeliaran bebas tidak tersentuh hukum.
Dalam kurun waktu serupa juga pemerintah  Orde Baru membuat sekenario lainnya yang bermuara pada tujuan yang sama,yakni untuk mengahantam Islam .Gerakan gerakan tersebut juga meliputi gerakan NII dan non NII baik dikalangan sipil maupun militer.Dari data yang ada disebutkan,bahwa dalam gerakan sipil ini termasuk Al Zaitun yang dipimpin oleh Panji Gumilang dengan operasi penggalangan dananya dengan menghalalkan segala cara yang sangat dilarang oleh dinul Islam,seperti merampok dan cara-cara keji  semacamnya.Sementara gerakan NII dikalangan militer yang sudah di realisasi dan di laksanakan oleh Masduki  Dodo,Tahmid.Mereka rilis juga tata cara melakukannya seperti dengan peledakan bom, kerusuhan,peledakan bom di Mesjid Istiqlal,kerusuhanKetapang,Poso-Ambon,bahkan pemboman di hari Natal tahun 2000 dan di Petra Surabaya.
Selain itu rejim otoriter Orde Baru juga masih merekayasa teroris di Indonesia dengan mendesain suatu aksi-aksi yang meresahkan masyarakat serta menciptakan konflik -konflik sosial secara vertikal dan horisontal seperti gerakan jihad,FPI, Majlis Mujahidin Indonesia(MMI),Hizbullah,PAM Swakarsa,Liga Muslim Indonesia(LMI),Komite Persiapan Penegakan Syari’at Islam(KPPSI),Majlis Khulafaul Muslimin(MKM),,serta gerakan-gerakan yang dilakukan oleh ex veteran perang saudara di Ambon dan ex NII.Dikalangan umat Nasrani juga diciptakan konflik antara pemeluk Katolik dan Protestan seperti ElShaday,Nehemia dan Bethani.
Bertitik tolak dari skenario yang sengaja di ciptakan tersebut ,menyebabkan bangsa Indonesia yang sebelumnya  hidup rukun dalam kedamaian itu telah mengalami luka yang sangat mendalam yang belum sembuh sampai sekarang .Bahkan sebaliknya semua ekses-ekses tersebut kelihatannya semakin berkembang ,jika melihat para teroris yang masih terus melanjutkan aktifitasnya .Berdasarkan nama-nama mereka yang disebut dalam” Cedsos”seperti  Abu Toto Imam KW 9 ,Abubakar Basyir dan Abu Jibril berarti segala aktifitas mereka  menunjukkan bahwa hal itu masih dipelihara dengan baik,yang sengaja disimpan sebagai asset bagi kepentingan mereka  kedepan dalam konteks memulihkan kembali kekuasaannya .Karenanya konflik-konplik  sosial yang terjadi sekarang di Indonesia,baik antar umat beragama maupun antar inter umat seagama sengaja diciptakan dan akan tetap dipelihara sebagai proses pengalihan perhatian dari bahaya latin rezim Orde Baru kepada konflik-konflik sosial tersebut.
Untuk itu bangsa Indonesia perlu meningkatkan persatuan dan kesatuannya secara utuh ,tanpa memandang latar belakang etnis suku bangsa,dan keyakinan sosial budayanya,supaya bisa mengantisipasi semua masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat secara damai.Kita sangat gembira melihat sudah terjalinnya hubungan para pemuka lintas agama dengan amat baik,serta hubungan yang demikian baik tersebut bisa  ditularkannya kepada umatnya masing-masing,sehingga bangsa yang besar dan multi kultural ini bisa lebih kokoh persatuan dan integritasnya dalam berbangsa dan bernegara.Amin.~

Teungku Nurdin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar