Sabtu, 29 September 2012

15 hal yang TIDAK AKAN DITANYAKAN TUHAN :


15 hal yang TIDAK AKAN DITANYAKAN TUHAN :
(sekedar renungan di pagi ini)

1. Tuhan tidak akan menanyakan mobil apa yang engkau punya....tapi Tuhan akan menanyakan berapa orang yang pernah engkau beri tumpangan.
2. Tuhan tidak akan menanyakan seberapa luas teras rumahmu....tapi Tuhan akan menanyakan berapa orang yang telah engkau persilakan masuk.
3. Tuhan tidak akan menanyakan banyaknya baju di lemarimu...tapi Tuhan akan menanyakan berapa yang sudah engkau sumbangkan pada mereka yang membutuhkan .
4. Tuhan tidak akan menanyakan status sosialmu....tapi Tuhan akan menanyakan kelas seperti apa yang engkau tampilkan sehari-hari.
5. Tuhan tidak akan menanyakan materi yang engkau miliki....tapi Tuhan akan menanyakan apakah engkau didikte oleh materi itu.
6. Tuhan tidak akan menanyakan berapa gaji tertinggi yang pernah engkau dapat.... tapi Tuhan akan menanyakan bagaimana cara engkau meraihnya.
7. Tuhan tidak akan menanyakan berapa sering engkau bekerja lembur....tapi Tuhan akan menanyakan apakah engkau bekerja lembur demi keluarga dan orang-orang yang engkau sayangi.
8. Tuhan tidak akan menanyakan berapa kali engkau memperoleh promosi karir...tapi Tuhan akan menanyakan apakah engkau mempromosikan orang lain juga.
9. Tuhan tidak akan menanyakan apa jabatanmu....tapi Tuhan akan menanyakan apakah engkau telah melakukan perubahan agar jabatan itu memberikan hasil yang terbaik.
10. Tuhan tidak akan menanyakan apa yang telah engkau lakukan untuk menolong dirimu sendiri....tapi Tuhan akan menanyakan apa yang telah engkau lakukan untuk menolong orang lain.
11. Tuhan tidak akan menanyakan berapa banyak temanmu...tapi Tuhan akan menanyakan kepada berapa orang engkau telah menjadi sahabat terbaik.
12. Tuhan tidak akan menanyakan apa yang telah engkau lakukan untuk melindungi hak-hakmu....tapi Tuhan akan menanyakan apa yang telah engkau lakukan untuk melindungi hak-hak orang lain.
13. Tuhan tidak akan menanyakan lingkungan tetangga dimana engkau tinggal...tapi Tuhan akan menanyakan bagaimana engkau memperlakukan tetangga-tetanggamu.
14. Tuhan tidak akan menanyakan warna kulitmu....tapi Tuhan akan menanyakan isi pribadimu.
15. Tuhan tidak akan menanyakan berapa kali perbuatanmu sesuai dengan ucapanmu....tapi Tuhan akan menanyakan berapa kali perbuatanmu tidak sesuai dengan ucapanmu.

Selasa, 25 September 2012

Pria Lebih Menderita Karena Putus Cinta


Pria Lebih Menderita Karena Putus Cinta

MINGGU, 15 APRIL 2007
tags: 
gambar diambil dari www.sedgwickcounty.orgHubungan cinta tidak selamanya berjalan mulus. Ada yang sukses hingga ke jenjang pernikahan dan kemudian membuahkan anak. Namun lebih banyak hubungan cinta yang berakhir prematur dengan kedua pihak kembali menjalankan kehidupan lajangnya masing-masing. Ada yang berakhir baik-baik dengan keduanya saling mengucapkan terima kasih dan masih menjadi teman dekat. Ada pula yang berakhir tidak baik dengan keduanya saling mengucapkan sumpah serapah dan berurai air mata. Bagaimanapun juga, hubungan cinta yang kandas pasti sedikit banyak menimbulkan penderitaan bagi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Pihak mana sebenarnya yang paling menderita akibat putus cinta?
Prialah yang sebenarnya paling menderita, menurut David Zinczenko, kolumnis majalah Men’s Health. Ia menolak anggapan umum bahwa pria lebih tegar daripada wanita dalam menghadapi putusnya hubungan percintaan. Apa saja alasannya?
Pria Menyembunyikan Perasaannya. Ketika seorang pria diputuskan oleh pasangannya, biasanya ia akan sesumbar: Biar saja, life still goes on. Caranya? 26% pria yang mengisi survei online Men’s Health melakukannya dengan minum-minum bersama teman-temannya. 36% pria akan menatap mantan pacarnya, tersenyum, dan mengucapkan terimakasih. Faktanya, kedua hal tersebut dilakukan pria untuk menutup-nutupi perasaannya. Ini adalah reaksi yang alamiah; gender pria dikondisikan masyarakat untuk tidak gampang menunjukkan perasaan, apalagi perasaan yang membuatnya terlihat lebih lemah. Namun represi ini juga berakibat sulitnya menghilangkan perasaan terluka, marah, atau sedih dari dirinya. Sebaliknya, wanita yang putus cinta biasanya langsung menangis (atau mengekspresikan emosinya) saat itu juga, dan wanita juga cenderung lebih to-the-point ketika mengakhiri hubungan cinta. Akhirnya mereka akan lebih cepat menghilangkan perasaan-perasaan negatif itu dibandingkan pria.
Pria Punya Lebih Sedikit Teman Curhat. Salah satu alasan mengapa wanita lebih cepat pulih dari penderitaan pasca putus cinta daripada pria adalah karena wanita memiliki lebih banyak teman yang bisa diandalkan untuk bercerita. Penelitian menunjukkan bahwa pria mengandalkan hubungan cinta untuk mendapatkan kedekatan emosional dan dukungan sosial, sementara wanita bisa mendapatkan hal yang sama dengan keluarga dan teman sesama wanita. Begitu wanita mengalami putus cinta, ia akan bercerita kepada siapa saja, kalau perlu kepada orang yang tidak dikenal yang duduk di sebelahnya di bis umum, agar perasaannya bisa lebih enak. Pria, di sisi lain, cenderung lebih enggan membuka diri untuk soal ini. Mungkin baru beberapa bulan kemudian, ketika dalam keadaan setengah teler, baru ia berani bercerita kepada teman-teman prianya mengenai betapa inginnya ia kembali lagi dengan si mantan.
Pria Tidak Suka Memulai Dari Awal Lagi. Setelah putus cinta, pada awalnya pria mungkin akan merasa semangat membayangkan wanita-wanita yang akan ia kencani di masa depan. Namun setelah kencan yang keempat, kesembilan, atau ketigabelas kalinya, barulah ia sadar kalau dibutuhkan usaha keras dan waktu yang panjang untuk sampai pada tingkat keintiman yang pernah ia alami bersama mantannya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih mampu menyesuaikan diri ketika hubungan berakhir karena sebelumnya mereka sudah memikirkan adanya kemungkinan itu, sementara pria biasanya lebih tidak siap dengan putus cinta. Perasaan nyaman secara emosional membuat pria merasa beruntung bisa memiliki seseorang seperti dia. Sayangnya, hal ini seringkali baru disadari ketika si dia sudah berubah status menjadi mantan pacar.
Gambaran Pacaran Pria Yang (Terlalu) Ideal. Banyak kasus putus cinta merupakan reaksi sesaat atas apa yang dirasa sebagai kebosanan; bosan dengan aktivitas, pembicaraan, dan pertengkaran yang itu-itu saja. Kalau kembali melajang, pria mungkin merasa ia akan menjalani hidup yang lebih menarik; tanpa komitmen, bebas pergi ke mana saja, dan bebas bergaul dengan wanita-wanita yang bisa dijadikan pacar baru. Barulah ketika benar-benar melajang ia sadar bahwa hidupnya tidak menjadi seperti itu, bahkan sekarang waktunya tersita oleh pekerjaan. Ia pun kembali merindukan keintiman yang dia alami pada masa pacaran dulu. Penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih tinggi skornya daripada pria dalam hal keintiman sosial, seksual, dan intelektual. Dan biasanya wanita juga lebih cepat menyadari bahwa keintiman adalah dasar dari hubungan yang tahan lama, dan bukannya sekedar variasi aktivitas.
Menurut Zinczenko pula, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pria lebih rentan mengalami stres, depresi, dan kecemasan ketika putus cinta dibandingkan dengan wanita. Itu menurut dia. Bagaimana pendapat anda? Apakah anda memiliki pengalaman yang membenarkan atau menyangkal pendapat ini?

"TIPS MENGHINDARI DIREMEHKAN KAUM LELAKI"


"TIPS MENGHINDARI DIREMEHKAN KAUM LELAKI"

1. Kenakanlah pakaian yang sopan. Akan lebih baik jika selalu memakai pakaian yang selalu menutupi aurat.

2. Hindarilah memakai potongan pakaian terlalu ketat yang dengan mudah dapat memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh.

3. Hindari juga pakaian yang sangat transparan. Agar tidak memancing nafsu lelaki yang kebetulan melihatnya.

4. Usahakan banyak menundukkan pandangan dan tidak banyak lirik sana lirik sini agar tidak terkesan jelalatan.

5. Biasakanlah menjaga lisan dan merendahkan suara ketika berbicara dengan siapapun.

6. Usahakan menjaga tingkah laku dan adab kesopanan dalam bertatakrama dengan sebaik-baiknya .

7. Jika kebetulan bersama teman-teman, hindarilah bercanda yang berlebihan. Agar tak terkesan urakan.

8. Jika ada hal yang lucu, berusahalah untuk tertawa yang tidak berlebihan. Akan lebih baik jika cukup tersenyum saja.

9. Jika kebetulan ada lelaki yang tidak dikenal sebelumnya sekedar menyapa, jawablah sapaannya dengan sopan dan penuh keramahan.

10. Jika kebetulan berbicara dengan orang yang baru dikenal, usahakanlah tidak terlalu banyak bicara. Apalagi terkesan bawel.

Jika seorang wanita berperilaku sopan dan bersikap seperti tersebut diatas, maka insyaallah lelaki yang hendak usil ataupun meremehkan akan sungkan dengan sendirinya.

Akan tetapi jika seorang wanita berperilaku sebaliknya, maka jangan heran kalau banyak lelaki yang suka menggoda dan terkesan memandang seorang wanita dengan remeh dan cenderung melecehkan.

Jumat, 21 September 2012

Sisa Umur Kita


Renungan Islam | Sisa Umur Kita (+ Video)


Tiba-tiba saja terfikir suatu hal, yaitu umur manusia. Saya bertanya pada diri saya sendiri, bagaimana kalo saya tahu bahwa umur saya hanya sampai umur 25 tahun, atau 35 tahun, atau 5 hari lagi. saya terpikir banyak hal yang akan saya lakukan. Saya tertarik untuk berbagi kisah ini pada saudara2 pembaca blog ini. semoga kita bisa diskusi dan mendapat banyak manfaat.
jika anda tahu sisa umur anda tinggal 1 tahun, apa saja yang akan anda lakukan untuk mengisi sisa umur itu?
mungkin sebagian akan menjawab:
  • bersenang-senang
  • jalan-jalan ke tempat indah yang belum didatangi
  • makan sepuasnya setiap hari
  • segera nikah
  • dll
mungkin sebagian orang yang lain memilih:
  • memperbanyak ibadah shalat dan dzikir
  • memperbanyak sedekah
  • memperbanyak silaturahim
  • bekerja lebih giat
  • memberikan hak keluarga dan orang-orang disekitarnya
  • dll
kenapa dua kelompok kegiatan tersebut begitu berbeda dan seolah bertolak belakang?
Saudaraku,  salah satu hikmah besar dirahasiakannya bilangan umur kita adalah agar kita tidak tahu kapan kita mati. ketika kita tidak tahu kapan kita akan mati, pada dasarnya kita akan merasa setiap saat bisa jadi ajal kita, maka kita akan selalu berhati-hati dengan tindakan kita. Kita tidak akan tahu kapan kita akan mati. apakah saat remaja? ataukah saat kita sudah tua? dan kita tidak tahu kapan pastinya kita akan mati. apakah hari ini? atau besok? dan kita tidak tahu bagaimana kita akan mati. apakah saat tidur? apakah saat berkendaraan? ataukah ketika kita sedang membaca Al Quran?
Seandainya ALLAH menghendaki semua manusia mengetahui kapan ia mati, dimana ia mati, dan kapan ia mati, akankah kehidupan dunia ini dihiasi kebaikan demi kebaikan? saya rasa tidak.
kemungkinan yang bisa kita bayangkan:
  • sedikit manusia selalu menghiasi umur dengan ibadah
  • lebih banyak  manusia terus menerus berbuat dosa hingga akhir hayatnya
  • jauh lebih banyak lagi manusia terus berbuat dosa hingga sedikit sisa umurnya ia bertaubat
Saya rasa jenis ketiga akan mendominasi isi dunia. orang-orang seperti ini selalu berfikir bahwa masih ada waktu untuk bertaubat. Dalam kondisi seperti ini, bisa jadi dunia ini didominasi kejahatan dan kriminalitas, maksiat, hedonis, dan sejenisnya.
Maka segala puji bagi ALLAH Yang Maha Sempurna perhitungannya. ALLAH sangat memahami betapa manusia senantiasa berada antara kecenderungan yang baik dan yang buruk (QS Asy-Syams: 8), maka ia menyelamatkan manusia dari fitrahnya tersebut, dengan jalan menjadikan umur sebagai hal ghaib yang tidak diketahui manusia. untuk apa? agar manusia selalu berhati-hati dalam hidupnya, dan agar manusia selalu berada dalam kebaikan.
berikut video yang membuktikan bahwa ajal datang tanpa kita tahu kapan, dimana, dan bagaimana…

Kesabaran


Kesabaran

Dalam jiwa manusia terdapat 5 sifat buruk yang sering mengendalikan dirinya. Harga diri, syahwat, amarah, cinta, dan ketamakan. Kelimanya merupakan hal-hal yang paling menyulitkan sepanjang masa kita yang singkat di dunia ini. Namun, solusi pengendalian kelima sifat itu sebenarnya ada dalam diri kita.
Disiplin diri berasal dari realisasi diri. Realisasi diri dari berasal dari introspeksi diri. Dan, introspeksi diri datang dengan kesabaran, sedang kesabaran itu sendiri berasal dari latihan.
Apabila kita berkata bahwa kita berperang melawan kelima sifat tersebut, ini bermakna bahwa kita telah menyadari akan masalah-masalah yang ditimbulkannya. Masalah-masalah yang dimaksud itu merintangi perkembangan spiritual kita.
Kenyataan yang sering terjadi adalah manakala kita dikonfrontasi dengan situasi kritis, kita sering lupa mempraktekkan kesabaran dalam diri dan nyaman saja diri kita diambil alih kendalinya oleh kelima sifat di atas.
Contoh: Saat seseorang menyerang kita, ‘ego’ kita segera mengedepan dan kita, sadar atau tidak, lupa menerapkan sabar. Apa indikasinya? Mudah saja. Pernahkah kita menganalisis berapa sering otak kita memunculkan ingatan tentang kejadian-kejadian yang memnbuat kita sakit hati atau tersinggung? Coba bandingkan dengan berapa sering kita menemukan hikmah dari kejadian-kejadian itu dan mengambil hal-hal positif darinya.
Hal-hal yang bersifat menghina selalu bermain-main dalam otak kita dan mempermainkan kita, bahkan dalam beberapa kasus, terjadi seumur hidup. Ingatan kita selalu bermain-main pada penyebab kita tersinggung atau sakit hati padahal sakit hati atau ketersinggungan hanya disebabkan oleh ego palsu.
Saat seseorang menyerang kita, kita sering bergumam betapa beraninya dia berkata seperti itu pada kita. Kita lalu merasa sakit hati. Kenapa? Itu karena kita melahap semua kata-katanya yang kemudian menimbulkan masalah pada diri kita. Padahal, andaikata kita tidak menghiraukannya, orang yang menyerang kita tentu akan gigit jari karena tujuannya tidak tercapai.
Sabar adalah keadaan jiwa yang sangat jarang, dimana kita tidak terlalu bahagia saat kejadian menyenangkan terjadi, juga tidak terlalu tertekan manakala keadaan yang tidak diharapkan terjadi. Tujuan sabar adalah membuat kita konstan berada pada keaadaan tenang… berbunga-bunga.
Namun sabar ini membutuhkan latihan : latihan pengendalian. Banyak orang berkata, “Sulit..!! Sangat sulit…!!”, tapi pernahkah kita persisten memperjuangkannya ?
Hinaan yang datang dari orang lain juga membujuk munculnya hinaan lain dari mulut kita dan akhirnya lingkaran setan ini terus berlangsung sampai-sampai kita tak dapat lagi secara dingin melihat ujung pangkalnya. Dalam 100 % kasus, kita tidak memperoleh apa-apa dari argumen yang didasarkan pada ego palsu kita, malahan kita jadi kehilangan seorang (atau lebih) teman hidup kita. Dengan menyeret hinaan dari orang lain ke dalam pikiran kita, kita tidak hanya merusak pikiran kita namun juga membuat pemikiran baik tak dapat memasuki otak kita.
Secara praktis, kapan pun kita terganggu oleh rasa sakit hati atau ketersinggungan, pergilah ke tempat yang tenang dan cobalah kosongkan pikiran dari pemikiran-pemikiran yang mengganggu tadi. Berilah otak kita makanan “berpikir positif” atau, cobalah cari sisi baik dari kejadian yang terjadi. Dalam logika hikmah, bahkan dalam kejadian terburuk pun selalu mengandung sisi yang baik untuk diri kita. Namun ini hanya datang apabila kita telah berlatih sabar.
Sekarang, kapan pun ada situasi dimana salah satu dari kelima sifat buruk mengambil alih pikiran kita, tariklah nafas yang panjang dan tahan. Lakukan berulang-ulang. Ini obat yang lumayan mujarab untuk menenangkan pikiran. Harus kita ingat bahwa kita tidak bisa benar setiap waktu dan orang lain tidak bisa salah setiap waktu. Jadi, jika kita memperoleh sesuatu dari orang lain, kita semestinya berterima kasih padanya. Kesabaran akan memelihara jiwa dan pikiran.

Formula Pengubah Nasib


Formula Pengubah Nasib

Nasib atau Takdir ?
Nasib atau Takdir ?
Banyak orang menderita stress, mengalami cobaan, mendapat masalah, dan merasa sakit hati. Dalam pandangan mereka, hari demi hari tampaknya semakin buruk saja. Hidup sepertinya begitu membosankan dan seringkali kejam.
Apakah ini nasib ataukah takdir? Tak bisakah kita mengubahnya? Jawabannya : BISA!!!
10% dari hidup kita memang tak bisa kita ubah. Kita tak mampu apa-apa atas terlambatnya pesawat datang. Kita tak mampu membuat hujan supaya cepat reda. Saat menyetir, seseorang bisa saja mendadak menyeberang di depan kita. Kita tak mampu mencegah listrik yang sering byar pet… Kita jelas tak mampu mengontrol terhadap hal-hal seperti ini.
Tetapi terhadap yang 90% lainnya ternyata berbeda. Kitalah yang menentukannya. Bagaimana? Yaitu dengan menentukan cara kita bereaksi. Kita tak dapat mengontrol lampu merah yang menyala lama, tapi kita dapat mengontrol reaksi kita.
Mari kita ambil contoh…
Anda tengah sarapan dengan keluarga. Tiba-tiba anak anda menyenggol cangkir kopi di meja. Kopi panas pun tumpah ke kemeja kerja anda. Anda jelas tak dapat mengontrol kejadian itu tadi, tetapi apa yang terjadi selanjutnya adalah keputusan anda untuk bagaimana bereaksi atas kejadian itu.
Anda memaki. Anda memarahi anak anda karena berlaku ceroboh. Lalu anak anda pun menangis. Setelah memarahinya, anda berpaling pada istri anda dan mengkritiknya karena menaruh kopi terlalu ke tepi meja. Adu mulut pun tak terhindarkan. Anda pun terburu-buru pergi ke kamar untuk berganti pakaian.
Kembali dari kamar anda melihat anak anda masih menangis dan belum selesai sarapan. Ia tampak belum siap untuk berangkat sekolah. Dan ia pun tertinggal bus sekolahnya. Istri anda harus segera berangkat bekerja. Anda lantas buru-buru menuju mobil dan mengantar anak anda sekolah. Karena terlambat, anda menyetir dengan kecepatan 60 km/jam, padahal rambu-rambu menyuruh anda menyetir pada limit kecepatan 40 km/jam.
Setelah 15 menit tertunda dan menghabiskan uang Rp 200.000 karena ditilang polisi, akhirnya anda tiba di sekolah. Anak anda terburu-buru keluar dari mobil dan lupa menyalami anda. Setelah terlambat 20 menit, anda pun tiba di kantor. Tapi ternyata anda lupa membawa tas kerja!!
Hari itu dimulai dengan sesuatu yang buruk. Selanjutnya semua hal berlangsung dengan buruk. Pada saat pulang, hubungan anda dengan istri dan anak anda pun sedikit terganggu.
Kenapa? Semua karena cara anda bereaksi pada pagi itu.
A) Apakah kopi penyebabnya?
B) Apakah anak anda penyebabnya?
C) Apakah polisi yang menyebabkannya? Atau..
D) Andakah penyebabnya?
Jawabannya adalah D. Anda tidak memiliki kontrol atas apa yang terjadi dengan kopi. Respon anda-lah yang menyebabkan hari buruk anda.
Berikut ini alternatif lain yang bisa terjadi dan memang semestinya anda lakukan. Kopi tumpah mengotori kemeja anda. Anak anda terkejut dan mau menangis. Namun anda dengan lembut dan ramah berkata : “Tidak apa-apa Nak, tapi lain kali lebih berhati-hati ya”. Anda meraih serbet dan segera pergi ke kamar. Anda berganti pakaian dan mengambil tas kerja anda. Anda keluar lagi menuju dapur dan masih sempat melihat anak anda berjalan menuju bus sekolahnya. Anak anda menoleh dan melambaikan tangannya pada anda. Anda pun lantas mencium kening istri anda sebelum berangkat kerja. Anda tiba di kantor 5 menit lebih awal dan dengan cerah ceria mengucapkan selamat pagi pada rekan-rekan kerja anda. Bos anda pun memuji keceriaan anda di pagi hari itu.
Perhatikan perbedaan dua skenario tadi. Keduanya diawali hal yang sama, namun berakhir dengan cara yang berbeda. Mengapa? Karena cara anda bereaksi. Anda sama sekali tidak memiliki kontrol atas 10% hal yang terjadi, tetapi 90% lainnya ditentukan oleh reaksi anda.
Jadi, apabila seseorang berbicara negatif mengenai anda, anda jangan menjadi busa yang menyerap kata-katanya. Biarkan serangan itu mengalir seperti air di daun keladi. Anda tidak perlu membiarkan komentar negatif itu mempengaruhi anda. Bereaksilah secara tepat maka komentar apa pun tak akan merusak hari anda. Satu reaksi yang salah bisa menyebabkan anda kehilangan seorang teman, terbakar marah, stress, dan lain-lain.
Bagaimana reaksi anda jika ada pengendara motor yang tiba-tiba menyeberang tepat di depan mobil anda? Apakah anda langsung naik pitam? Memukul stir mobil? Atau anda memaki dengan kata-kata kotor? Darah tinggi anda langsung kumat? Anda sebenarnya tidak perlu seperti itu. Memangnya siapa yang akan mempermasalahkan jika anda terlambat datang 10 detik karena harus mengerem sebentar? Ingatlah prinsip 90-10 itu dan anda tak perlu mengkhawatirkan apa pun.
Anda dipecat. Lalu mengapa anda jadi susah tidur atau jengkel? Gunakan saja “energi kekhawatiran” anda itu untuk segera mencari pekerjaan yang lain. Pesawat terlambat. Ini merusak jadwal anda untuk hari itu. Lalu kenapa anda marah-marah dan menumpahkan kejengkelan anda pada flight attendant? Ia jelas tak mampu mengontrol kejadian terlambatnya pesawat. Gunakan saja waktu yang luang untuk belajar atau membaca atau berkenalan dengan penumpang yang lain, dan sebagainya. Ingat, stress yang menyerang hanya akan menambah buruk keadaan.
Cobalah berlatih menerapkan formula 90-10 ini dan perhatikan apa hasilnya.

Cermin Positif


Cermin Positif

Mengkritik itu mudah, karena melihat kesalahan orang lain itu gampang. Namun kritik yang didasari oleh mencari-cari kesalahan orang lain tak mungkin dapat mempermudah keadaan.Anda tak perlu menghabiskan waktu dan tenaga anda untuk menilai apakah orang lain telah berbuat salah atau benar.Karena itu sangat mudah! Yang sulit adalah melihat kesalahan diri sendiri. Waspadailah bila anda begitu pandai mengkritik.Jangan-jangan anda tak mampu lagi melihat kebenaran. Dan sebuta-butanya orang ialah mereka yang tak bisa menangkap cahaya kebenaran.
Sekali anda gembira bisa menemukan sebutir debu kesalahan orang lain, anda tergoda untuk mendapatkan yang sebesar kerikil. Begitu seterusnya, hingga tanpa sadar anda telah menciptakan gunung kesalahan orang. Orang tak pernah suka berkaca pada cermin yang memantulkan kekurangan wajahnya. Maka dari itu janganlah anda menjadi bayangan atas kesalahan orang lain. Bantulah mereka menemukan sisi positif diri mereka. Di saat itu pula orang lain akan memantulkan sisi baik anda sendiri.