Kesabaran
Dalam
jiwa manusia terdapat 5 sifat buruk yang sering mengendalikan dirinya.
Harga diri, syahwat, amarah, cinta, dan ketamakan. Kelimanya merupakan
hal-hal yang paling menyulitkan sepanjang masa kita yang singkat di
dunia ini. Namun, solusi pengendalian kelima sifat itu sebenarnya ada
dalam diri kita.
Disiplin diri berasal dari realisasi
diri. Realisasi diri dari berasal dari introspeksi diri. Dan,
introspeksi diri datang dengan kesabaran, sedang kesabaran itu sendiri
berasal dari latihan.
Apabila kita berkata bahwa kita
berperang melawan kelima sifat tersebut, ini bermakna bahwa kita telah
menyadari akan masalah-masalah yang ditimbulkannya. Masalah-masalah yang
dimaksud itu merintangi perkembangan spiritual kita.
Kenyataan yang sering terjadi adalah
manakala kita dikonfrontasi dengan situasi kritis, kita sering lupa
mempraktekkan kesabaran dalam diri dan nyaman saja diri kita diambil
alih kendalinya oleh kelima sifat di atas.
Contoh: Saat seseorang menyerang kita,
‘ego’ kita segera mengedepan dan kita, sadar atau tidak, lupa menerapkan
sabar. Apa indikasinya? Mudah saja. Pernahkah kita menganalisis berapa
sering otak kita memunculkan ingatan tentang kejadian-kejadian yang
memnbuat kita sakit hati atau tersinggung? Coba bandingkan dengan berapa
sering kita menemukan hikmah dari kejadian-kejadian itu dan mengambil
hal-hal positif darinya.
Hal-hal yang bersifat menghina selalu
bermain-main dalam otak kita dan mempermainkan kita, bahkan dalam
beberapa kasus, terjadi seumur hidup. Ingatan kita selalu bermain-main
pada penyebab kita tersinggung atau sakit hati padahal sakit hati atau
ketersinggungan hanya disebabkan oleh ego palsu.
Saat seseorang menyerang kita, kita
sering bergumam betapa beraninya dia berkata seperti itu pada kita. Kita
lalu merasa sakit hati. Kenapa? Itu karena kita melahap semua
kata-katanya yang kemudian menimbulkan masalah pada diri kita. Padahal,
andaikata kita tidak menghiraukannya, orang yang menyerang kita tentu
akan gigit jari karena tujuannya tidak tercapai.
Sabar adalah keadaan jiwa yang sangat
jarang, dimana kita tidak terlalu bahagia saat kejadian menyenangkan
terjadi, juga tidak terlalu tertekan manakala keadaan yang tidak
diharapkan terjadi. Tujuan sabar adalah membuat kita konstan berada pada
keaadaan tenang… berbunga-bunga.
Namun sabar ini membutuhkan latihan :
latihan pengendalian. Banyak orang berkata, “Sulit..!! Sangat sulit…!!”,
tapi pernahkah kita persisten memperjuangkannya ?
Hinaan yang datang dari orang lain juga
membujuk munculnya hinaan lain dari mulut kita dan akhirnya lingkaran
setan ini terus berlangsung sampai-sampai kita tak dapat lagi secara
dingin melihat ujung pangkalnya. Dalam 100 % kasus, kita tidak
memperoleh apa-apa dari argumen yang didasarkan pada ego palsu kita,
malahan kita jadi kehilangan seorang (atau lebih) teman hidup kita.
Dengan menyeret hinaan dari orang lain ke dalam pikiran kita, kita tidak
hanya merusak pikiran kita namun juga membuat pemikiran baik tak dapat
memasuki otak kita.
Secara praktis, kapan pun kita terganggu
oleh rasa sakit hati atau ketersinggungan, pergilah ke tempat yang
tenang dan cobalah kosongkan pikiran dari pemikiran-pemikiran yang
mengganggu tadi. Berilah otak kita makanan “berpikir positif” atau,
cobalah cari sisi baik dari kejadian yang terjadi. Dalam logika hikmah,
bahkan dalam kejadian terburuk pun selalu mengandung sisi yang baik
untuk diri kita. Namun ini hanya datang apabila kita telah berlatih
sabar.
Sekarang, kapan pun ada situasi dimana
salah satu dari kelima sifat buruk mengambil alih pikiran kita, tariklah
nafas yang panjang dan tahan. Lakukan berulang-ulang. Ini obat yang
lumayan mujarab untuk menenangkan pikiran. Harus kita ingat bahwa kita
tidak bisa benar setiap waktu dan orang lain tidak bisa salah setiap
waktu. Jadi, jika kita memperoleh sesuatu dari orang lain, kita
semestinya berterima kasih padanya. Kesabaran akan memelihara jiwa dan
pikiran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar