Senin, 16 Januari 2012

Stop Menebang, Saatnya Menanam

Zulkifli Hasan


"Bapak saya itu menginginkan saya menjadi seorang ulama seperti Buya Hamka, tapi ternyata garis tangan saya menjadi menteri," kata Zulkifli Hasan sambil tersenyum.
Betul. Ketika Zulkifli masih kecil, bapaknya menginginkan dia menjadi tokoh agama, menjadi ulama besar seperti Buya Hamka yang bapaknya kagumi. Karena itu ketika lulus SMP, Zulkifli disuruh meneruskan ke PGA (Pendidikan Guru Agama). Zul sendiri tidak mau, dia ingin meneruskan ke sekolah umum.
Zul sempat sekolah di PGA. Tapi dia juga mendaftar di SMA tanpa sepengetahuan ayahnya. Lama-lama akhirnya ayahnya tahu. Zul pun kemudian nekad ke Jakarta untuk sekolah SMA. Karena kengototannya, ayahnya pun mengalah, tapi ada perjanjian: Jika juara di kelas, Zul boleh meneruskan SMA, tapi jika tidak harus kembali ke PGA. "Ternyata saya bukan hanya juara kelas, tapi juara umum," cerita Zulkifli.
Meski garis tangannya mengantarkan dia menjadi menteri, Zulkifli tidak pernah menyangka dirinya akan menjabat sebagai menteri kehutanan. Dia mengaku memiliki latar belakang manajemen, bukan kehutanan. Jadi dia merasa tidak paham soal-soal hutan. Karena itu pula dia sejak awal tidak pernah terpikir dan bercita-cita menjadi menteri kehutanan.
Bahkan dulu, ketika menjadi anggota DPR, dia selalu punya kesan negatif terhadap masalah kehutanan. Kalau berbicara tentang hutan, bagi Zulkifli, hampir selalu terkait dengan penebangan pohon dan penggundulan hutan. Tentu munculnya kesan itu, bukan tanpa alasan, tapi karena memang punya pengalaman buruk ketika dulu sewaktu kecil tinggal di Lampung
Zulkifli menceritakan, dahulu hutan-hutan di dekat rumahnya itu masih sangat rimbun karena dikelilingi pepohonan yang besar-besar. Hewannya pun beranekaragam dari harimau, rusa, trenggiling, ular dan berbagai jenis binatang lainnya. "Jadi kalau depan rumah kita itu muncul rusa- itu biasa. Masih bagus sekali keadaannya,"tuturnya.
Kemudian suatu saat, datang orang dari entah dari mana dan langsung menebang pohon. Mereka bilang tak masalah, karena telah mempunyai selembar kertas izin dari kehutanan. Hebat amat. Sementara jika orang setempat yang mengambil pohon itu bisa masuk penjara. "Padahal nenek moyang kita yang punya tanah itu turun menurun. Itulah kenapa saya punya kesan yang kurang bagus,’’ ujar bapak empat orang anak itu.
Sekalipun peristiwa itu sudah bertahun-tahun lewat, tapi tetap tidak terhapus dari ingatan. Tiba-tiba, justru dia dipilih sebagai orang nomor satu untuk mengurus hutan. "Waktu itu saya coba berpikir. Ya Allah saya jadi Menteri Kehutanan kira-kira mau ngapain. Saya lalu berdoa 'KepadaMu lah kami meminta petunjuk dan pertolongan' kan begitu saja,’’ kata Zulkifli.
Petunjuk itu pun akhirnya datang. Ceritanya Zulkifli ini setiap tahun selalu rutin beribadah ke tanah suci, kalau tidak haji ya umroh. Kemudian dia ingat, ketika wukuf, di situ kita dilarang untuk menebang pohon. ‘’Nah itu saja saya pakai. Karena ada pengalaman menebang pohon itu kan merusak,"tuturnya.
Kebijakan tidak menebang pohon dari hutan alam itulah yang kemudian keluarkan. Sejak itu Kementerian Kehutanan tidak tidak lagi menerbitkan perizinan untuk menebang pohon. Jadi kalau menteri sebelumnya mengatur dan memberikan izin penebangan, Zulkifli justru mengeluarkan kebijakan penanaman pohon.
Perubahan kebijakan tersebut tentu mendapat reaksi keras dari yang selama ini nyaman dengan kebijakan sebelumnya. Tentangan internal dan eksternal begitu kuat dalam bulan-bulan pertama. Dia pun terpaksa harus mereposisi beberapa pos penting. "Dirjen yang sebelumnya menerbitkan izin untuk menebang pohon, saya pindahkan ke bagian tanam menanam."
Dari luar, bukan cuma mendapat tentangan yang dihadapi, tapi juga godaan. Tidak sedikit pengusaha yang mencoba mendekatinya dengan iming-iming yang menggiurkan. Namun dia pun tetap tidak bergeming untuk menjalankan kebijakannya itu. Pendiriannya tetap: stop penebangan pohon. Saatnya menanam pohon.
Bagaimana dengan industri kayu? ‘’Mereka harus mengambil kayu dari pohon yang ditanam,’’ kata Zulkifli. Bahwa berat itu diakui dia. Tapi toh selama ini industri kayu sudah mendapat perlakuan yang istimewa dalam penebangan pohon, jadi kini saatnya untuk menebang dari pohon yang mereka tanam sendiri.
Ini yang diistilahkan dengan moratorium.Terkait itu pula Zulkifli menandatangani kerjasama dengan Norwegia dengan nilai 1 miliar dolar dalam konteks pengurangan emisi. Isi perjanjian di antaranya, penghentian izin penebangan baru, tidak ada lagi konversi lahan gambut.
Bersamaan dengan itu Zulkifli juga punya target Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Desa seluas 600 ribu hektar pada 2011 ini. "Makanya kita menyediakan sentra-sentra bibit di mana masyarakat bisa memperoleh bibit itu dengan gratis. Bisa bibit sengon atau jabon, itu pohon yang cepat tumbuh," kata Zulkifli.
Gerakan penghijauan yang telah dilakukan sudah cukup menggembirakan. Tercatat sampai akhir tahun 2010, sudah 1,39 miliar batang pohon yang ditanam. Pohon tersebut ditanam ada yang dikawasan hutan milik rehabilitasi kebun, di lokasi reklamasi tambang, dan di tempat lain, termasuk di kebun-kebun masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar